08 February 2012

Telaah Dan Saran Berita dari Jakarta Post “Vocational High School in Klaten Produces SUV”





Prestasi siswa SMKN 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah pada bidang otomotif dalam kemampuannya memproduksi secara mandiri mobil SUV merupakan jawaban yang terpadu dengan visi dan misi pendidikan kejuruan yang secara umum yaitu untuk mewujudkan tamatan yang memiliki kompetensi sesuai bidang keahliannya untuk mengisi pasar kerja, profesional dan adaptif, serta mampu berwirausaha. Apabila dilihat dari bermacam sisi, kompetensi otomotif yang kemudian diruncingkan pada produksi mobil SUV memiliki potensi yang sangat cemerlang baik dalam segi penanaman komptensi dan inventarisasi tenaga kerja yang berkompeten di bidangnya. Penanaman kompetensi yang kemudian berbuah karya seperti ini merupakan cerminan dari sikap profesionalitas kerja dan kemampuan untuk beradaptasi dengan trend terkini dalam bidang otomotif. Selain itu dari segala aspek dari prestasi ini, baik dari segi produk maupun pembuat produk, memiliki potensi positif untuk diletakkan di dalam persaingan pasar kerja baik secara  lokal (dalam negeri) maupun global (manca negara).
Salah satu bentuk inovasi dalam persaingan pasar bisa dilakukan dengan jalan melakukan kerja sama atau pemasokan tenaga kerja ke dalam industri otomotif yang memiliki relevansi dengan bidang keahlian yang sedang diruncingkan, yaitu mobil SUV. Akan lebih baik apabila merangkul industri yang memiliki pengaruh atau skala yang besar. Hal ini bisa berimplikasi pada meluasnya peluang tamatan yang bekerja pada industri tersebut untuk mengembangkan karirnya. Hal ini disebabkan karena selain memiliki bidang promosi yang luas, kulitas pekerja di dalam industri yang memiliki skala besar benar-benar lebih terkontrol atau terpelihara secara terstruktur dibandingkan dengn industri yang memilki skala kecil. Selain itu hubungan antara SMK dan industri yang sedang dirangkul secara kontinum akan saling memberikan feedback yang positif, seperti update relevansi kompetensi yang harus dikembangkan di dalam SMK, inventarisasi atau pemasokan tenaga kerja yang benar-benar berkualifikasi di dalam industri, dan lain sebagainya, sehingga terciptalah link and match yang sangat subur diantara kedua belah pihak.
Kemudian, pendidikan kejuruan sebagai  education for work di era desentralisasi, semakin dihadapkan pada masalah efisiensi, mutu, dan relevansi dalam manajemen pendidikan. Bagaimana mutu, efisiensi, dan relevansi manajemen pendidikansuatu SMK dijadikan pertanyaan mendasar dan jawabannya dapat dijadikan sebagai sebagai penilaian, pencitraan, atau bahkan prediksi keadaan yang berkelanjutan bagi suatu SMK. Maka dari itu, untuk memperkokoh keadaan serta pencitraan SMK Negeri 1 Trucuk dalam hal kualitas, sebaiknya sebagai salah satu sekolah SMK yang bertaraf internasional, sekolah tersebut juga menerapkan manajemen mutu Standar ISO 9001:2008. Manajemen mutu tersebut juga dapat digunakan sebagai jembatan antara SMK dengan tuntutan masyarakat terkini. Melalui struktur organisasi yang terkandung dalam Standar ISO 9001:2008, SMK bisa membaca atau bahkan memenuhi kepuasan pelanggan (masyarakat atau industri), berupa kompetensi siswa tamatan didik yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Selain itu, untuk mengontrol standar tersebut, dibutuhkan pengawas untuk melakukan audit terhadap perekembangan atau perubahan kondisi SMK setelah diberlakukannya Standar ISO 9001:2008 dalam jangka waktu tertentu. Di dalam ISO 9001:2008 juga terdapat pasal-pasal yang menjadi mile stone pembentukan kurikulum. Di dalamnya terdapat ketentuan bahwa dalam perancangan dan pengembangan sebuah kurikulum harus sesuai atau memiliki sinkronisasi dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini yang bertanggung jawab untuk memegang kendali adalah Waka Kuriklulum. Waka Kurikulum bisa melakukan sinkronisasi melalui majelis atau komite sekolah. Di dalam majelis atau komite sekolah dihadirkan perwakilan-perwakilan dari masyarakat dan juga perwakilan-perwakilan industri.
Hal-hal bermanfaat yang bisa diambil dari penerapan Sistem Manajemn Mutu ISO 9001:2008 diantaranya: (1) Memastikan konsistensi untuk memelihara mutu produk, (2) Mendokumentasikan prosedur secara baik dalam menjalankan operasi dan proses bisnis / mapping proses sekolah, (3) Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif melalui mekanisme audit mutu internal dan tinjauan manajemen yang berkelanjutan, (4) Sebagai sarana pemasaran, (5) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat sebagai konsumen, (6) Meningkatkan citra dan daya saing serta produktifitas sekolah, (7) Memberikan pelatihan yang sistematik kepada staf sekolah melalui prosedur dan instruksi kerja yang baik, (8) Sebagai dasar yang mantap untuk pengembangan mutu selanjutnya menuju manajemen mutu terpadu.

Terlepas dari sistem manajemen yang baik, ternyata masih ada beberapa hal yang harus dikritisi mengenai keberadaan mobil SMK. Pertama, adalah dasar rasional mengapa harus transportasi mobil yang dipilih untuk dikembangkan. BJ Habibie menyatakan bahwa tidak rasional bila memilih mobil untuk dikembangkan, akan lebih rasional bila memilih sepeda motor untuk dikembangkan. Ucapan BJ Habibie memang sangat masuk akal mengingat lingkungan geografi Indonesia lebih cocok dijelajahi dengan sepeda motor atau bahkan kapal boat. Kedua, keberlanjutan mobil SUV yang dirakit oleh siswa SMK perlu ditinjau kembali skalabilitasnya.  Masih berkaitan dengan kritik BJ Habibie bahwa tidak akan mungkin siswa yang baru lulus SMP langsung menjadi montir mobil profesional, ternyata ada nilai kebenaran rasionalnya. Mobil rakitan siswa SMK telah gagal melewati uji emisi. Lolos uji emisi ada syarat utama agar mobil bisa diproduksi secara masal. Berita tentang kritik BJ Habibie mengenai mobil SMK bisa dilihat di berita kompas. Berita tentang kegagalan mobil SMK melewati uji emisi bisa dilihat di berita VOA Indonesia.