Dua puluh lima tahun yang lalu, kepemilikan sebuah komputer di rumah adalah sesuatu yang jarang bisa ditemui. Komputer hanya dimiliki pihak-pihak yang mempunyai beban kerja komputasi atau membutuhkan pengolahan data yang cepat. Namun, wacana yang bersifat prediktif menyebutkan bahwa komputer akan mendominasi kebutuhan hidup manusia dalam beberapa tahun ke depan. Komputer mulai banyak diproduksi untuk diperjualbelikan. Berbagai layanan internet mulai menjamur, seperti email dan pengolahan basis data terdistribusi.
Pendidikan di Indonesia merespon dengan baik pergerakan era komputer dengan memunculkan pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di dalam kurikulum 2004. Kemuculan TIK di dalam kurikulum pendidikan Indonesia sebenarnya juga dikarenakan pengaruh besar dari IGOS (Indonesia Go Open Source). TIK diharapkan menjadi sarana untuk berifikr kreatif dan mandiri dengan memanfaatkan perangkat komputer yang bersifat bebas akses. Kreatif yang dimaksud adalah siswa dapat melakukan adaptasi dan modifikasi terhadap teknologi komputer. Adaptasi dan modifikasi terhadap teknologi komputer hanya dapat dilakukan pada perangkat yang bersifat bebas akses, seperti perangkat lunak dengan kode terbuka (open source). Apabila nilai kreatif dapat tumbuh, maka tahap Indonesia mandiri dapat dicapai. Mandiri dapat diartikan bahwa Indonesia mampu menghasilkan sendiri varian teknologi komputer. Perangkat yang bersifat open source adalah pilihan yang tepat untuk mendukung Indonesia kreatif dan mandiri. Open source dapat diakses, diadaptasi, dan dimodifikasi oleh semua pihak secara gratis. Dengan demikian, cita-cita kreatifitas dan kemandirian secara rasional dapat dicapai. Indonesia kreatif dan Indonesia mandiri. Jadi, kesimpulannya adalah pelajaran TIK muncul atas dasar kreativitas dan kemandirian yang hendak ditanamkan kepada siswa melalui perangkat bebas akses.
Awal perjalanan dalam penyemaian pelajaran TIK mulai banyak bergeser. Dasar utama berfikir kreatif (how to think) mulai bergeser ke arah bagaimana menggunakan (how to use) saja. Hal ini juga didukung bahwa kurikulum memberikan kebebasan kepada setiap satuan pendidikan untuk memodifikasi konten pembelajaran TIK. Karena pemilihan konten yang bebas, perangkat bebas akses seperti sistem operasi unix mulai tergeser oleh sistem operasi berbayar lain. Perangkat berbayar dipiih karena dianggap lebih mudah penggunaannya. Tiga tahun pertama semenjak pelajaran TIK dimunculkan mungkin pelajaran TIK akan direspon dengan baik. Tidak ada masalah walaupun tugasnya telah bergeser menjadi mengenalkan cara-cara penggunaan beberapa perangkat lunak berbayar yang cukup terkenal. Respon yang baik juga didapatkan karena masyarakat Indonesia pada saat itu memasuki tahap awal era berkomputer, sehingga dianggap sah-sah saja bila rasa ingin tahu tentang penggunaan perangkat lunak yang terkenal dapat terjawab di pelajaran TIK. Dasar pemikiran how to think digeser bahkan dibuang, karena terlau sibuk dengan hal teknis seperti cara penggunaan perangkat komputer.
Banyak yang lupa bahwa nilai fundamental pelajaran TIK adalah kreatifitas berfikir melalui berbagai perangkat komputer. Banyak pihak yang ngotot tetap mengandalkan nilai how to use tanpa mau kembali ke nilai pelaran TIK yang sebenarnya. Kesan monoton untuk pelajaran TIK bermunculan. Beberapa dampak substansial baru terasa lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian. Komputer tidak lagi dipandang sebagai objek baru. Berkomputer sudah menjadi gejala sosial. Tanpa pelajaran TIK-pun masyarakat secara substansial mau tidak mau harus bisa menggunakan komputer. Dasar pemikiran how to use, yaitu sarana untuk mengenal penggunaan perangkat komputer, justru berbalik menyerang pelajaran TIK agar pelajaran TIK dihilangkan dari kurikulum. Pengalaman nilai how to use sudah tidak harus didapatkan dari pelajaran TIK. Akhirnya, pelajaran TIK benar-benar dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2013, yaitu sekitar sepuluh tahun semenjak pelajaran TIK muncul. Solusi teknis untuk penghapusan pelajaran TIK dari kurikulum biar difikirkan oleh pihak-pihak pengambil keputusan dan pihak yang berkompeten di dalamnya.
Apakah bisa mengembalikan pelajaran TIK ke dalam kurikulum? Bisa tidak bisa itu tergantung kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Paling tidak harus ada pelurusan kembali nilai fundamental pelajaran TIK, yaitu ke arah how to think. Sasarannya adalah bagaimana membentuk cara berfikir siswa melalui komputer, bukan bagaimana cara teknis menggunakan komputer. Berfikir untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menciptakan sesuatu yang baru melalui komputer. Apabila siswa diajarkan cara berfikir melalui komputer, maka secara otomatis siswa akan belajar tentang cara penggunaan komputer baik penggunaan teknis maupun penggunaan etika. Seperti ketika siswa belajar berbicara maka siswa juga belajar mendengarkan dan ketika siswa belajar menulis, maka siswa juga akan belajar membaca. Demikian juga, ketika siswa berusaha mencurahkan kreatifitasnya melalui komputer maka secara integratif siswa juga belajar menggunakan komputer.
Pemrograman komputer adalah salah satu kegiatan berkomputer yang berisi nilai kreatif. Di dalam pemrograman komputer, siswa diajak untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, bahkan membuat sesuatu yang baru. Pemrograman komputer juga dapat dilakukan di banyak perangkat komputer bebas akses. Jadi, salah satu solusi konseptual untuk pelajaran TIK adalah menggantinya dengan pelajaran pemrograman komputer. Implikasi yang didapatkan melalu pelajaran pemrograman lebih dalam. Bahkan melalui pelajaran pemrograman komputer, siswa tidak hanya bisa terfasilitasi untuk mengembangkan keterampilan berfikir, tetapi juga keterampilan berbahasa dan keterampilan teknik.
Apabila pelajaran pemrograman komputer sudah dapat diterima sebagai fasilitas untuk mengembangkan keterampilan berfikir, maka bukan hal yang tidak mungkin pelajaran tersebut diajarkan di semua jenjang pendidikan. Semua orang, mulai dari siswa PAUD hingga Profesor sekalipun dapat mempelajari pemrograman komputer untuk melatih kemampuan berfikir. Semoga, mata pelajaran pemrogrman komputer bisa menjadi salah satu rangsangan untuk mencapai cita-cita Indonesia kreatif dan Indonesia mandiri. Semoga, pelajaran pemrograman komputer akan muncul di semua jenjang pendidikan. Berikut adalah video mengenai motivasi dan pentingnya pelajaran pemrograman komputer di semua jenjang pendidikan.
Pendidikan di Indonesia merespon dengan baik pergerakan era komputer dengan memunculkan pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di dalam kurikulum 2004. Kemuculan TIK di dalam kurikulum pendidikan Indonesia sebenarnya juga dikarenakan pengaruh besar dari IGOS (Indonesia Go Open Source). TIK diharapkan menjadi sarana untuk berifikr kreatif dan mandiri dengan memanfaatkan perangkat komputer yang bersifat bebas akses. Kreatif yang dimaksud adalah siswa dapat melakukan adaptasi dan modifikasi terhadap teknologi komputer. Adaptasi dan modifikasi terhadap teknologi komputer hanya dapat dilakukan pada perangkat yang bersifat bebas akses, seperti perangkat lunak dengan kode terbuka (open source). Apabila nilai kreatif dapat tumbuh, maka tahap Indonesia mandiri dapat dicapai. Mandiri dapat diartikan bahwa Indonesia mampu menghasilkan sendiri varian teknologi komputer. Perangkat yang bersifat open source adalah pilihan yang tepat untuk mendukung Indonesia kreatif dan mandiri. Open source dapat diakses, diadaptasi, dan dimodifikasi oleh semua pihak secara gratis. Dengan demikian, cita-cita kreatifitas dan kemandirian secara rasional dapat dicapai. Indonesia kreatif dan Indonesia mandiri. Jadi, kesimpulannya adalah pelajaran TIK muncul atas dasar kreativitas dan kemandirian yang hendak ditanamkan kepada siswa melalui perangkat bebas akses.
Awal perjalanan dalam penyemaian pelajaran TIK mulai banyak bergeser. Dasar utama berfikir kreatif (how to think) mulai bergeser ke arah bagaimana menggunakan (how to use) saja. Hal ini juga didukung bahwa kurikulum memberikan kebebasan kepada setiap satuan pendidikan untuk memodifikasi konten pembelajaran TIK. Karena pemilihan konten yang bebas, perangkat bebas akses seperti sistem operasi unix mulai tergeser oleh sistem operasi berbayar lain. Perangkat berbayar dipiih karena dianggap lebih mudah penggunaannya. Tiga tahun pertama semenjak pelajaran TIK dimunculkan mungkin pelajaran TIK akan direspon dengan baik. Tidak ada masalah walaupun tugasnya telah bergeser menjadi mengenalkan cara-cara penggunaan beberapa perangkat lunak berbayar yang cukup terkenal. Respon yang baik juga didapatkan karena masyarakat Indonesia pada saat itu memasuki tahap awal era berkomputer, sehingga dianggap sah-sah saja bila rasa ingin tahu tentang penggunaan perangkat lunak yang terkenal dapat terjawab di pelajaran TIK. Dasar pemikiran how to think digeser bahkan dibuang, karena terlau sibuk dengan hal teknis seperti cara penggunaan perangkat komputer.
Banyak yang lupa bahwa nilai fundamental pelajaran TIK adalah kreatifitas berfikir melalui berbagai perangkat komputer. Banyak pihak yang ngotot tetap mengandalkan nilai how to use tanpa mau kembali ke nilai pelaran TIK yang sebenarnya. Kesan monoton untuk pelajaran TIK bermunculan. Beberapa dampak substansial baru terasa lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian. Komputer tidak lagi dipandang sebagai objek baru. Berkomputer sudah menjadi gejala sosial. Tanpa pelajaran TIK-pun masyarakat secara substansial mau tidak mau harus bisa menggunakan komputer. Dasar pemikiran how to use, yaitu sarana untuk mengenal penggunaan perangkat komputer, justru berbalik menyerang pelajaran TIK agar pelajaran TIK dihilangkan dari kurikulum. Pengalaman nilai how to use sudah tidak harus didapatkan dari pelajaran TIK. Akhirnya, pelajaran TIK benar-benar dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2013, yaitu sekitar sepuluh tahun semenjak pelajaran TIK muncul. Solusi teknis untuk penghapusan pelajaran TIK dari kurikulum biar difikirkan oleh pihak-pihak pengambil keputusan dan pihak yang berkompeten di dalamnya.
Apakah bisa mengembalikan pelajaran TIK ke dalam kurikulum? Bisa tidak bisa itu tergantung kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Paling tidak harus ada pelurusan kembali nilai fundamental pelajaran TIK, yaitu ke arah how to think. Sasarannya adalah bagaimana membentuk cara berfikir siswa melalui komputer, bukan bagaimana cara teknis menggunakan komputer. Berfikir untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menciptakan sesuatu yang baru melalui komputer. Apabila siswa diajarkan cara berfikir melalui komputer, maka secara otomatis siswa akan belajar tentang cara penggunaan komputer baik penggunaan teknis maupun penggunaan etika. Seperti ketika siswa belajar berbicara maka siswa juga belajar mendengarkan dan ketika siswa belajar menulis, maka siswa juga akan belajar membaca. Demikian juga, ketika siswa berusaha mencurahkan kreatifitasnya melalui komputer maka secara integratif siswa juga belajar menggunakan komputer.
Pemrograman komputer adalah salah satu kegiatan berkomputer yang berisi nilai kreatif. Di dalam pemrograman komputer, siswa diajak untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, bahkan membuat sesuatu yang baru. Pemrograman komputer juga dapat dilakukan di banyak perangkat komputer bebas akses. Jadi, salah satu solusi konseptual untuk pelajaran TIK adalah menggantinya dengan pelajaran pemrograman komputer. Implikasi yang didapatkan melalu pelajaran pemrograman lebih dalam. Bahkan melalui pelajaran pemrograman komputer, siswa tidak hanya bisa terfasilitasi untuk mengembangkan keterampilan berfikir, tetapi juga keterampilan berbahasa dan keterampilan teknik.
Apabila pelajaran pemrograman komputer sudah dapat diterima sebagai fasilitas untuk mengembangkan keterampilan berfikir, maka bukan hal yang tidak mungkin pelajaran tersebut diajarkan di semua jenjang pendidikan. Semua orang, mulai dari siswa PAUD hingga Profesor sekalipun dapat mempelajari pemrograman komputer untuk melatih kemampuan berfikir. Semoga, mata pelajaran pemrogrman komputer bisa menjadi salah satu rangsangan untuk mencapai cita-cita Indonesia kreatif dan Indonesia mandiri. Semoga, pelajaran pemrograman komputer akan muncul di semua jenjang pendidikan. Berikut adalah video mengenai motivasi dan pentingnya pelajaran pemrograman komputer di semua jenjang pendidikan.